Categories: Kesehatan THT

Yuk Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) belum umum kita dengar sehari-hari. Penyakit yang serupa dan lebih sering kita dengar adalah asma. Kemiripannya terletak pada gejala dan beberapa jenis terapinya. Dan perbedaan paling mendasar ada pada penyebab dan riwayat perjalanan penyakitnya.

Dari namanya anda tentu sudah tahu bahwa penyakit ini mengenai paru-paru. Tidak seperti pada asma yang didasarkan oleh alergi, PPOK dikarenakan kerusakan alveolus (gelembung-gelembung pada ujung saluran nafas bagian bawah). Anda tentu tidak asing dengan gambar paru-paru yang dihubungkan dengan bronkus yang terlihat seperti pipa besar bercabang dua. Lebih ke bawah kedua cabang besar ini bercabang lagi membentuk bronkiolus-bronkiolus. Alveolus terletak pada ujung bronkiolus.

Pernahkah anda mempertanyakan, bagaimana oksigen dalam bentuk gas dapat masuk ke dalam peredaran darah dan membentuk ikatan dengan hemoglobin (Hb). Demikian sebaliknya, bagaimana pembuluh darah balik yang kita kenal dengan pembawa darah kotor, yaitu gas CO2 yang merupakan sisa metabolisme, dapat memindahkan kandungan CO2 untuk masuk kembali ke saluran nafas dan dikeluarkan ke udara melalui aliran nafas kita. Peristiwa rumit ini dapat terjadi karena peranan alveolus yang bersifat elastis dan berkontak langsung dengan pembuluh darah halus di luar permukaan alveolus.

Pada PPOK alveolus berangsur-angsur kekurangan elastisitasnya, mengakibatkan proses pertukaran gas melambat. Kerusakan ini tidak terjadi serentak, itu sebabnya belum disadari pada awal terjadinya. Ketika semakin banyak alveolus yang rusak dan mengakibatkan semakin sedikitnya oksigen yang masuk maupun CO2 yang keluar, barulah keluhan menjadi semakin nyata berupa:

  1. Batuk lama. Kadang berkurang tapi tidak benar-benar sembuh dan akan semakin menjadi bila terkena debu dll.
  2. Sesak, nafas pendek, ini merupakan akibat penyempitan saluran nafas dan dahak yang memperburuk kondisi saluran nafas.
  3. Banyak dahak, bila disertai infeksi dapat berwarna kuning hingga kehijauan.
  4. Kadang timbul bunyi nafas seperti siulan (mirip asma) yang merupakan tanda penyempitan saluran nafas.
  5. Bibir pucat dan kulit bawah kuku kebiruan bila semakin berat, karena kekurangan oksigen.
  6. Cepat lelah yang juga merupakan akibat kurangnya oksigen dalam darah.
  7. Berangsur kehilangan berat badan.
  8. Gampang tertular infeksi saluran nafas yang memperburuk kondisi.

Beberapa faktor penyebab perubahan sifat alveolus menjadi kaku dan rapuh, antara lain:

  1. Asap rokok dan polutan lainnya. Merokok merupakan penyebab utama. Diperkirakan 20-30% perokok akan menderita PPOK. Terutama bila jumlah rokoknya mencapai 200 batang/tahun. Rokok mengandung banyak zat yang dapat secara langsung merusak dinding saluran pernafasan.
  2. Faktor usia. PPOK merupakan satu kondisi yang tercapai setelah perjalanan bertahun-tahun. Itu sebabnya PPOK tidak terjadi di usia muda, melainkan timbul setelah menginjak usia 40 tahun. Terbanyak pada usia di atas 60 tahun. Ini juga salah satu perbedaannya dengan asma, di mana asma biasanya timbul sejak kecil.
  3. PPOK juga dapat menjadi muara dari penyakit paru lain seperti bronkitis dan emfisema yang berulang-ulang dan menyebabkan kerusakan dinding saluran nafas.
  4. Faktor genetik di mana penderita kekurangan protein tertentu (alfa 1 antitripsin) yang menyebabkan kecenderungan untuk lebih mudah menderita PPOK.

Satu hal yang perlu anda ketahui, PPOK adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Prinsip tata laksananya adalah mengurangi keluhan, menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk keadaan, menambah stamina dan daya tahan tubuh:

  1. Pemberian obat-obatan yang serupa dengan asma seperti: pelebar saluran nafas umumnya dalam bentuk inhalasi (spray), pengencer dahak/mukolitik, kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dinding saluran nafas. Bila terjadi infeksi mungkin akan diberi antibiotik.
  2. Pemberian oksigen.
  3. Menghentikan rokok dan menghindari polusi.
  4. Vaksinasi influenza.
  5. Rehabilitasi pulmonari dengan olah raga jalan, renang, bersepeda dll, pengaturan makanan dll.
  6. Pembedahan untuk membuang bagian paru-paru yang terlalu parah kondisinya.
  7. Pada keadaan yang sangat buruk mungkin dilakukan transplantasi paru-paru.

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pencegahan adalah yang terbaik. Menjaga kesehatan paru-paru merupakan bagian dari persiapan masa tua dengan kualitas hidup yang baik.