Bagaimana pendapat Anda dengan pernyataan ini, “Bahu saya sering sakit, tangan sulit diangkat. Jangan-jangan pengapuran ya?” bisa jadi benar. Tapi bila ditambahkan dengan pernyataan, “Saya memang jarang minum susu sejak kecil. Makanya tulang saya tidak kuat.” Bisa dipastikan ada yang keliru pada pemahaman tentang pengapuran tersebut.
Pengapuran secara medis dikenal dengan istilah kalsifikasi. Kalsifikasi artinya akumulasi garam kalsium pada jaringan tertentu dalam tubuh. Terdapat 99% kalsium tersimpan dalam jaringan tulang dan gigi, dengan tujuan untuk mempertahankan kondisi tulang dan gigi untuk tetap kuat. Sisanya berada di jaringan lain, termasuk jaringan lunak seperti ginjal, dinding pembuluh darah dan jantung. Bahkan cairan antar sel pun mengandung kalsium. Setiap harinya sekitar 10 gram kalsium disaring oleh ginjal. Dan 1,5% dikeluarkan melalui urin, dan sisanya diserap kembali.
Apa yang terjadi bila jaringan lunak mengalami kalsifikasi? Tergantung lokasi, jumlah dan faktor-faktor lainnya. Tapi pada umumnya tidak menimbulkan keluhan. Misalnya kalsifikasi pada jaringan payudara sebenarnya terjadi pada 50% wanita usia 50 tahun ke atas, dan 10% wanita usia muda. Kalsifikasi tersebut baru diketahui pada pemeriksaan rutin mamografi misalnya. Sebagian kecil dari kalsifikasi tersebut akan ditentukan untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan guna memastikan adanya kemungkinan kanker. Mikrokalsifikasi atau kalsifikasi halus dengan garis sama atau kurang dari 1 mm justru wajib dintisipasi dibandingkan makrokalsifikasi dengan ketebalan garis di atas 2 mm.
Bila kalsifikasi terjadi pada sendi seperti tendon, yaitu bagian otot yang berhubungan dengan tulang, atau pada daerah tulang rawan yang merupakan ujung tulang, pada kondisi tertentu dapat menimbulkan keluhan nyeri seperti pernyataan di awal artikel ini. Mengapa demikian? Karena pada daerah tersebut diperlukan permukaan yang licin untuk mencegah gesekan. Kalsifikasi merubah karakter semula menjadi kasar sehingga gesekan menimbulkan iritasi bahkan inflamasi atau peradangan. Pergerakan sendi menjadi terbatas. Bandingkan dengan pernyataan berikutnya tentang kemungkinan kurangnya asupan susu yang mengacu pada istilah “osteoporosis” (pengeroposan tulang) yang justru ditujukan pada kondisi tulang yang tidak padat karena kekurangan kalsium. Jadi kedua istilah ini justru mempunyai makna yang bertolak belakang. Kembali kepada kondisi kalsifikasi sendi, berbeda dengan kalsifikasi pada jaringan lain, pada sendi bila diperlukan dapat dilakukan pengambilan jaringan kalsifikasi melalui operasi. Kalsifikasi pada ginjal dapat menimbulkan batu ginjal. Sedangkan kalsifikasi pada pembuluh darah dapat menyebabkan kekakuan pembuluh darah, berkurangnya diameter pembuluh darah dengan risiko berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga dapat mengakibatkan kurangnya oksigen dan gangguan lainnya.
Apa yang menyebabkan kalsifikasi tersebut? Apakah terlalu banyak mengkonsumsi kalsium melalui makanan sehari-hari atau suplemen adalah penyebabnya? Belum ada penjelasan pasti untuk hal ini, tapi berbagai studi telah membuktikan, termasuk studi besar yang melibatkan puluhan ribu pengguna suplemen kalsium jangka panjang. Tidak didapatkan hubungan langsung antara konsumsi makanan tinggi kalsium maupun suplemen kalsium dengan proses kalsifikasi di berbagai jaringan lunak.
Kenyataan ini didukung dengan ditemukannya berbagai kasus kalsifikasi oleh sebab tertentu seperti:
- Kejadian pasca trauma / luka, memicu kalsifikasi di daerah tersebut. Misalnya dengan ditemukannya garis kalsifikasi pada hasil mamografi seorang wanita yang pernah mengalami kecelakaan mobil. Terlihat garis makrokalsifikasi sesuai dengan daerah penekanan sabuk pengaman.
- Oleh peneliti dari Harvard disimpulkan bahwa pada penderita batu ginjal didapati mengeluarkan kalsium 1/3 kali lebih banyak dibandingkan orang tanpa batu ginjal. Bukan jumlah asupan kalsium yang menentukan risikonya, melainkan kemungkinan memang kelompok ini mempunyai kemampuan menyerap kalsium lebih tinggi, atau terjadi pengeluaran kalsium dari tulang sebagai penyebabnya.
Jadi apa kesimpulannya?
- Pengapuran bukan osteoporosis.
- Jangan takut untuk mengkonsumsi kalsium, baik melalui makanan sehari-hari maupun suplemen. Terutama bila Anda adalah wanita yang telah menopause dan dinyatakan perlu mengkonsumsi lebih banyak kalsium oleh dokter. Tapi bila Anda dinyatakan mengalami kalsifikasi/pengapuran, konsultasikan lebih jauh dengan dokter Anda, apakah Anda perlu mengurangi asupan kalsium. Bila terjadi pada sendi Anda, pada umumnya pemberian obat tertentu dan fisioterapi, baik oleh terapis dan yang Anda kerjakan sendiri, dapat memberikan perbaikan berarti.
- Minumlah cukup air putih setiap hari.
- Lakukan olah raga teratur, dalam hal ini dengan gerakan yang bertujuan menjaga performa sendi.
- Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kolagen, glukosamin dan kondroitin, yaitu komponen-komponen yang berguna untuk sendi, akan sangat membantu kesehatan sendi Anda. Dalam kondisi tertentu Anda mungkin memerlukan tambahan melalui suplemen khusus sendi seperti Osteokom.
Solusi Kesehatan Tulang Optimal untuk Keluarga Indonesia dengan L-CAL dan L-CAL Grow Jakarta, 25 September… Read More
6 Gejala Nyeri Sendi Yang Perlu Diwaspadai Akumausehat, Jakarta - Nyeri sendi dapat disebabkan berbagai macam… Read More
Akumausehat, Jakarta - Nyeri sendi adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada sendi, yaitu jaringan… Read More
Cukup banyak tren baru muncul di era pandemi, salah satunya adalah tren berolah raga yang… Read More
Menjaga kesehatan merupakan hal penting untuk tubuh kita. Salah satu caranya dengan makan makanan bergizi… Read More