Seseorang mengeluhkan ibunya yang bersikap aneh akhir-akhir ini. Lebih jarang berbicara dan lebih sering tenggelam dalam kesibukannya sendiri. Ketika berinteraksi dengan keluarga malah sering marah tanpa alasan yang jelas. Cukup sering beliau menyalahkan orang-orang di sekitarnya telah mengambil barang-barang pribadinya dan tidak mengembalikan pada tempatnya, menyebabkannya harus mencari ke mana-mana.
Kasus lain adalah seorang kakek yang tidak dapat berjalan karena mengalami patah tulang panggul, kemudian menjalani operasi. Mulanya sang kakek tidak mempunyai keluhan apapun selain nyeri yang masih dirasakan, serta ketergantungan kepada orang lain karena memang masih mengalami kesulitan dalam mobilisasi. Beberapa bulan berjalan, tidak banyak kemajuan yang dialami, keluarga justru merasakan beberapa kemunduran seperti tidak mau memberitahukan keluarga ketika perlu ke kamar kecil. Jika ditanya jawabannya tidak jelas dan kadang tidak mau menjawab sama sekali. Sikapnya menjadi pasif dan tidak peduli.
Dua contoh kasus di atas bisa dikatakan cukup umum terjadi, namun mungkin dengan detail yang berbeda. Contoh pertama tanpa keluhan fisik, biasanya akan dianggap sebagai perubahan hormonal atau masalah psikologis yang biasa terjadi pada wanita paruh baya pasca menopause. Kasus kedua mungkin diduga sebagai proses penyembuhan yang lambat, mengakibatkan masalah psikologis cenderung depresif.
Bisa saja dugaan-dugaan di atas benar. Tapi apa pendapat Anda jika dikatakan beberapa dari gejala di atas dapat memenuhi kriteria demensia? Mari kita lihat lebuh lanjut.
Demensia bukan penyakit, tapi sekumpulan gejala yang meliputi penurunan memori, kemampuan berfikir, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari serta perubahan tingkah laku. Dalam setahun diperkirakan ada 10 juta kasus baru demensia di seluruh dunia. Bukan sekedar menjadi pelupa, penderita demensia yang tidak segera diketahui akan lebih cepat jatuh pada kondisi lanjut, di mana penderita kehilangan kemampuannya untuk mandiri. Beberapa cirinya adalah sebagai berikut:
Demensia bersifat progresif dan tidak dapat sembuh. Prinsip penatalaksanaan demensia adalah:
Jalan terbaik tentunya adalah pencegahan terjadinya demensia. Walaupun bisa saja ada faktor genetik, namun studi membuktikan bahwa risiko demensia dapat ditekan dengan cara:
Sekali lagi deteksi dini sangat penting. Peka akan perubahan menjadi faktor utama. Walaupun orang tua umumnya lebih pelupa, jangan lengah mengenalinya sebagai bagian dari demensia. Jika Anda mendapati gejala yang mengarah ke demensia, atau bila Anda masih ragu-ragu, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter serta melakukan pemeriksaan yang diperlukan. Demensia tidak secara langsung menyebabkan kematian, tapi memang dapat berakhir fatal dengan menurunnya kekebalan dan berbagai fungsi tubuh seperti kemampuan menelan, sehingga dapat terjadi infeksi. Namun penatalaksanaan yang baik memungkinkan penderita hidup dengan demensia hingga puluhan tahun dengan kualitas hidup yang baik.
Solusi Kesehatan Tulang Optimal untuk Keluarga Indonesia dengan L-CAL dan L-CAL Grow Jakarta, 25 September… Read More
Cara Mengatasi Gangguan Susah Tidur? Tidur adalah aktivitas yang sangat penting bagi manusia. Tubuh… Read More
VIAMAX produk terbaru dari PT LAPI INDONESIA 5 Cara Meningkatkan Stamina Pria Stamina adalah kekuatan… Read More
Sembelit Bikin Melilit, Cara Mengobatinya pakai L-LAX Sembelit atau disebut sebagai kontipasi adalah gejala… Read More
5 Cita-Cita Favorit Anak Jaman Now Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan kepada anak-anak adalah… Read More