Categories: Kesehatan Umum

Pria Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19: Sebab Dan Antisipasinya

Wabah virus corona masih berjalan. Para ahli epidemiologi berusaha menggali informasi sebanyak mungkin dalam upaya menghentikan jalannya epidemi serta meningkatkan keberhasilan dalam menyembuhkan para korban dengan hasil sebaik mungkin. Lebih jauh lagi, dengan semakin mengenali sifat dan karakter virus corona ini, diharapkan dapat mencegah wabah serupa di kemudian hari. Salah satu data yang secara konsisten terlihat sepanjang berjalannya wabah ini adalah jumlah pria yang terinfeksi secara signifikan lebih tinggi dari wanita. Ada kepentingannya setelah mengetahui data ini, terutama dalam menentukan sebabnya dan kemudian mencari keterkaitannya dengan penanggulangan penyakit serta pencegahannya.
Masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan, tetapi setidaknya ada informasi baru yang telah didapatkan dan terus digali. Sesungguhnya hal ini juga terlihat pada wabah virus corona yang telah terjadi sebelumnya, seperti pada wabah SARS-CoV dan MERS Co-V. Saat itu terlihat pola yang sama dalam hal gender. Berikut ini beberapa ulasan tentang keterkaitan virus corona dan kecenderungan infeksi pada pria:
  1. Sebuah jurnal yang ditulis berdasarkan data wabah Covid-19 hingga 26 Januari 2020 dengan pasien berjumlah 8866 orang yang berasal dari 30 propinsi di China, didapatkan data perbandingan pasien wanita dan pria adalah 0,27 : 0,31 per 100.000 penduduk. Atau lebih jelasnya, dalam 10 juta penduduk, ada 270 wanita positif Covid-19, sedangkan pria berjumlah 310 orang. Kematian terutama terjadi pada pasien pria berusia ≥ 60 tahun, dengan diagnosis pneumonia berat, terutama dengan keterlambatan diagnosa.
  2. Tidak hanya pria lebih rentan untuk terinfeksi Covid-19, terlihat pula kecenderungan kasus lebih serius pada pasien pria.
Secara umum memang pria lebih banyak berhubungan dengan penyakit tertentu seperti hipertensi, penyakit jantung dan peyakit paru-paru kronik yang merupakan faktor pemberat pada pasien virus corona. Namun pada sebuah studi yang mempelajari SARS-CoV, di mana dilakukan percobaan pada tikus dan dibandingkan dengan pasien SARS-CoV, didapati informasi berikut ini:
  1. Replikasi atau peningkatan jumlah virus lebih tinggi terjadi pada tikus jantan, disertai dengan reaksi peradangan yang lebih berat serta keterlambatan mekanisme imun.
  2. Pengangkatan testis yang berhubungan dengan produksi hormon tikus jantan, tidak memberikan perbedaan pada proses perjalanan penyakit pada tikus percobaan jantan, sementara pengangkatan indung telur pada tikus betina mengakibatkan lebih tingginya kematian pada tikus betina yang diinfeksi dengan SARS-CoV. Hal ini memperkuat dugaan perlindungan yang diberikan oleh estrogen, hormon yang lebih banyak terdapat pada wanita, terutama pada masa pubertas dan sebelum memasuki masa menopause. Diduga estrogen secara langsung menghambat replikasi atau penambahan jumlah virus.
  3. Sebuah studi lain memperkuat dugaan ini dengan memperlihatkan peranan estrogen dalam menghambat replikasi virus influenza pada sel lapisan permukaan dalam hidung manusia.
Apa yang dapat kita antisipasi berdasarkan data-data di atas? Perlu digarisbawahi bahwa ini tidak boleh menurunkan kewaspadaan pada wanita dalam menghadapi risiko terinfeksi virus, karena berapa pun besar kecil kemungkinannya, semua orang tetap berisiko terinfeksi. Di samping itu banyak hal yang belum diketahui tentang Covid-19, maka langkah terbaik adalah melakukan antisipasi seoptimal mungkin. Namun setidaknya ini memberikan peringatan khusus kepada kelompok khusus, yaitu pria berusia ≥ 60 tahun, terutama dengan penyakit dasar seperti hipertensi, diabetes, penyakit paru-paru kronis dan penyakit jantung untuk lebih ekstra dalam menjaga kesehatan dan melindungi diri dari kemungkinan terinfeksi, serta sesegera mungkin memeriksakan diri jika mengalami gejala infeksi seperti demam, batuk dan pilek, bahkan sebelum merasa sesak, agar dapat didiagnosa sedini mungkin dan mencegah terjadinya gejala yang lebih berat, salah satunya dengan rutin minum vipro-G.