Categories: Kesehatan Umum

Stress Oksidatif Dan Kesuburan

Anda punya teman atau kerabat yang sedang mengikuti program kehamilan? Atau anda sendiri yang sedang menjalankan program tersebut? Rasanya belakangan ini semakin banyak pasangan yang kesulitan mendapatkan anak. Data tahun 2014 memperkirakan 15-20% pasangan di indonesia mengalami infertilitas atau ketidaksuburan, baik primer maupun sekunder. Bilakah pasangan dikatakan mengalami masalah infertilitas? Yaitu ketika setahun menjalani hubungan suami istri normal dan rutin tanpa kontrasepsi, tidak berhasil mendapatkan kehamilan. Ini yang disebut infertilitas primer. Bila anda tidak dapat hamil kembali setelah memiliki satu anak atau pernah hamil tapi tidak sampai lahir, maka infertilitasnya bersifat sekunder.

Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan seseorang, faktor stress oksidatif (so) adalah salah satu yang banyak dipelajari dan berusaha dikoreksi oleh para ahli. Mengapa? Kemungkinan karena beberapa alasan di bawah ini:

  • seringkali tidak ditemukan penyebab pasti pada pasangan infertil, sehingga koreksi faktor so menjadi bagian penting program.
  • banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan stress so dengan infertilitas.
  • so sendiri semakin dikenal dan diketahui cenderung meningkat akibat kondisi tertentu yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat dan kondisi lingkungan saat ini.
  • kemajuan dunia kesehatan juga telah memberikan pencerahan dengan pemberian antioksidan.

Anda mungkin bertanya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan so? Anda tentu pernah mendengar intilah radikal bebas (rb). Rb dapat terbentuk oleh proses metabolisme rutin dalam tubuh manusia dan tubuh kita juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir rb sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kita. Ketika rb yang terbentuk terlalu banyak dan tubuh tidak mampu mengimbanginya, ketika itulah terjadi stress oksidatif. Apa saja yang menyebabkan terbentuknya rb berlebihan? Di antaranya adalah:

  • beban kerja berlebihan tanpa diimbangi dengan istirahat yang cukup.
  • pola makan tidak sehat, baik karena waktu makan tidak teratur maupun pemilihan jenis makanan yang tidak sehat.
  • polusi udara.
  • jenis pekerjaan yang terpapar dengan zat kimia penyebab terbentuknya rb.
  • merokok dan minum alkohol.

Tidak heran bila mereka yang menjalani program kehamilan juga akan dianjurkan untuk memperhatikan faktor-faktor di atas. Dan tidak jarang dokter juga akan memberikan tambahan vitamin yang sebenarnya merupakan antioksidan. Penelitian memperlihatkan antioksidan dapat memperbaiki kondisi seperti peningkatan kualitas sperma dan sel telur.