SARS-CoV2 atau virus corona yang sekarang sedang mewabah, sebenarnya ada dalam tubuh kelelawar dan beberapa mamalia lainnya. Pada awalnya tentu terjadi penularan dari binatang ke manusia. Ini yang belum diketahui kapan dan bagaimana kejadiannya. Namun apapun itu, yang lebih penting saat ini telah terjadi penularan manusia ke manusia secara luas. Terutama melalui droplet atau cairan tubuh yang keluar dari mulut dan hidung ketika batuk, bersin dan berbicara. Jika tidak berada dekat dengan sumbernya, maka droplet yang mengandung virus ini tidak memasuki saluran napas manusia lain, melainkan akan menempel pada benda-benda yang berada di sekitarnya. Ketika berada di luar tubuh manusia, virus terbungkus oleh sejenis amplop yang bertujuan untuk memperpanjang waktu hidupnya. Tergantung pada tempat dan kondisi lingkungannya, virus dapat bertahan beberapa jam hingga beberapa hari. Namun kabar baiknya virus ini mudah dirusak oleh air dan sabun. Itulah sebabnya mengapa kita harus sering mencuci tangan dengan sabun. Kemungkinan melayang-layang di udara bisa saja, tapi secara umum berat dan ukuran droplet sebenarnya tidak memungkinkannya lama melayang di udara, kecuali ada mekanisme tertentu yang disebut sebagai aerosol, di mana ukuran partikel droplet terpecah menjadi sangat kecil dan ringan sehingga akan bertahan di udara lebih lama. Peristiwa ini terjadi misalnya pada tindakan bor gigi dan penguapan bagi pasien yang sesak. Itu sebabnya dokter dan tenaga medis memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk terinfeksi. Dan itu juga sebabnya masker yang dipakai oleh dokter berbeda dengan yang dipakai oleh awam. Kemungkinan lain yang mulai diperhitungkan oleh para ilmuwan adalah adanya virus dalam feses dan urin manusia.