Bisakah Kesulitan Menahan Kencing Disembuhkan?
Jawabannya ya dan tidak. Tergantung penyebabnya, kesulitan menahan kencing atau dikenal dengan inkontinensia urine ada yang dapat disembuhkan, ada pula yang bersifat permanen. Proses mengeluarkan urine adalah mekanisme yang cukup kompleks, memerlukan kerjasama dan kondisi yang baik antara komponen yang terlibat yaitu saraf dari pusat hingga saraf tepi, otot-otot panggul dan sistem saluran kemih yang meliputi ginjal dan salurannya. Terganggunya salah satu bagian ini akan berpengaruh pada proses pengeluaran urine atau disebut miksi.
Gangguan miksi bisa saja berupa inkontinensia, dapat juga berupa kesulitan memulai miksi, peningkatan frekuensi, berkurangnya volume dengan disertai rasa nyeri, rasa tidak lampias atau tidak tuntas. Salah satu penggolongan yang sederhana adalah neurogenic bladder, yaitu gangguan fungsi kandung kemih akibat kerusakan saraf. Semua yang di luar itu dianggap non neurogenic bladder. Sebuah penelitian yang melibatkan ribuan orang menyimpulkan bahwa 50,6% dari gangguan fungsi kandung kemih pada orang Asia disebabkan oleh neurogenic bladder. Artinya, jika gangguan saraf tersebut dapat diatasi, kemungkinan fungsi berkemih akan kembali normal. Inkontinensia urine sendiri dapat disebabkan oleh:
Neurogenic:
- Penyakit infeksius yang mengenai saraf seperti mielitis transversa, herpes zoster.
- Kelainan pada otak seperti tumor, stroke, parkinson, demensia dan multipel sklerosis. Sebuah penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan 40-90% penderita multipel sklerosis mengalami inkontinensia urine. 37-72% dari penderita parkinson dan 15% dari penderita stroke mengalami hal yang sama.
- Alkoholisme kronis.
- Keracunan logam berat atau penyakit metabolik yang mempengaruhi saraf.
- Trauma yang mencederai saraf.
- Kelemahan otot panggul karena faktor usia, atau pengaruh menurunnya estrogen pada wanita, serta frekuensi melahirkan.
- Tekanan pada kantong kemih yang disebabkan oleh kehamilan, tumor, kegemukan atau pembesaran prostat pada pria.
- Mengalami keluhan miksi seperti inkontinensia urine, sulit memulai miksi, miksi tidak lancar dan terputus-putus, menetes setelah selesai atau terasa tidak lampias, tidak dapat menahan urine yang keluar ketika batuk, tertawa dan lain-lain. Tidak peduli karena sebab apapun, selama mampu melakukannya, latihan kandung kemih sebaiknya dilakukan.
- Sering miksi. Normal adalah 6-8 kali/24 jam atau setiap 3-4 jam dengan minum sekitar 2 liter air tanpa minuman yang bersifat diuretik seperti teh atau pengaruh obat-obatan. Jika keringat meningkat, volume miksi berkurang adalah normal.
- Sedang memakai kateter ataupun yang berencana akan melepas kateter.
- Latihan kegel dengan gerakan kontraksi dan relaksasi untuk penguatan otot dasar panggul. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang untuk melatih kekuatan otot sfingter uretra yang berfungsi membuka dan menutup uretra.
- Latihan menunda miksi untuk memperpanjang waktu normal antara 3-4 jam sekali. Untuk mereka yang memakai kateter dapat melakukannya dengan menjepit selang kateter selama waktu yang ditentukan.
- Menerapkan jam atau jadwal berkemih.