Jiwa Yang Sehat, Penopang Tubuh Yang Kuat
Seperti yang kita tahu 10 Oktober diperingati warga dunia sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Di hari-hari ini, kesehatan jiwa menjadi sangat penting. Dulu kita kenal slogan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Namun saat ini kesehatan jiwa telah mendapat porsi yang semakin besar, tidak hanya menjadi akibat melainkan lebih tepat dikatakan sejajar dengan kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh dan jiwa sama pentingnya. Demikian juga secara patofisiologis merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Tubuh yang sakit-sakitan dapat mengikis kesehatan jiwa. Dan sebaliknya, kesehatan jiwa yang prima dapat menjadi sumber kesehatan fisik. Karena itu kita tidak asing dengan ungkapan “Hati yang gembira adalah obat”.
Secara definisi, kesehatan jiwa mencakup sesuatu yang sangat luas. Ketika berbicara tentang kesehatan jiwa, tidak hanya bicara tentang kewarasan, tapi berhubungan juga dengan emosi, psikologis dan kemampuan bersosialisasi. Ada yang menyamakannya dengan makna kesehatan mental, di mana indikatornya dapat dilihat dari cara berpikir, mengambil keputusan, bertingkah laku, serta kemampuan seseorang menangani stress dan masalah yang dihadapinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang, di antaranya:
- Faktor biologis, termasuk gen dan reaksi biokimia otak, riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
- Pengalaman masa lalu: misalnya trauma atau penganiayaan.
- Stresor dari lingkungan hidup sehari-hari: keluarga, pekerjaan, dll.
- Penggunaan obat atau zat tertentu: narkoba, kortikosteroid, dll.
- Penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan saraf otak.
Ketidakseimbangan mental perlu diketahui sejak dini. Beberapa tanda awal dapat membantu mengenalinya, seperti:
- Makan atau tidur sangat kurang atau berlebihan.
- Menarik diri dari pergaulan atau berhenti dari aktivitas tertentu tanpa alasan yang jelas.
- Tiba-tiba kelihatan lesu dan tidak bergairah, kehilangan ketertarikan akan apapun berhari-hari sampai berminggu-minggu.
- Kadang terdapat keluhan nyeri di bagian tubuh tertentu tanpa diagnosa yang jelas.
- Merokok, minum dan minum obat lebih dari biasanya.
- Gangguan emosi seperti ketakutan, khawatir, marah, lupa, bingung, dsb.
- Histeris, berteriak dan bertengkar dengan keluarga atau teman tanpa sebab.
- Perubahan mood/suasana hati bergantian dalam periode tertentu.
- Memikirkan hal tertentu terus-menerus tanpa dapat dikendalikan.
- Mendengar suara atau meyakini sesuatu yang tidak nyata/halusinasi.
- Kadang berniat mencederai diri-sendiri atau orang lain, hingga pada keinginan bunuh diri.
- Kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari seperti sekolah, bekerja, menjaga anak.
Jalan keluar dari semua ini adalah mencari pertolongan medis. Ada kalanya orang yang bersangkutan dapat menyadari kelainan pada dirinya. Tapi sebagian besar memerlukan bantuan orang di sekitarnya. Kondisi seperti ini adalah kondisi yang dapat diperbaiki dan diobati. Beberapa hal yang dapat membantu kestabilan mental adalah:
- Meminta pertolongan tenaga profesional seperti psikologis dan psikiatris, atau dokter bila dicurigai hal ini disebabkan oleh obat atau zat tertentu yang sedang dikonsumsi. Demikian pula jika terdapat gejala fisik yang mungkin berhubungan dengan penyakit tertentu.
- Menjaga hubungan dengan orang di sekitar. Jangan menyimpan masalah sendiri.
- Usahakan untuk selalu aktif secara fisik.
- Menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat dan tidur cukup.
- Melakukan kegiatan-kegiatan positif, seperti berbagai kegiatan yang dapat membantu orang sekitar sehingga menumbuhkan rasa dibutuhkan dan tidak merasa terisolir.
Adalah penting untuk mempertahankan kesehatan jiwa yang optimal. Mengenal dan mewaspadai segala hal yang berkaitan dengan kesehatan jiwa dapat menekan angka gangguan mental serta mengurangi angka kejadian bunuh diri yang merupakan tema peringatan tahun ini. Dan lebih dari itu, dapat ikut mempengaruhi angka kesakitan fisik dan meningkatkan kualitas hidup.