Yuk, Ketahui Penyebab Anak Susah Makan
- Suka makan cemilan, tapi saat makan nasi jadi rewel dan tidak mau makan.
- Mau makan, tapi tidak banyak variasi. Mungkin hanya nasi dan satu jenis lauk yang disukainya.
- Tidak terlalu pemilih, tapi tiap kali makan hanya sedikit saja.
- Tidak terlalu pemilih, tapi memerlukan waktu lama untuk menghabiskan makanannya.
Berikut ini beberapa info yang mungkin dapat membantu Anda untuk lebih memahami, tidak hanya supaya dapat melakukan langkah yang sesuai, juga mungkin dapat mencegah rasa khawatir yang berlebihan (jika ada):
1. Jason Lam dari Departemen Anak, Universitas Western Michigan, Amerika Serikat menyebut istilah picky eating yang secara umum diberikan kepada anak yang makan dalam jumlah relatif sedikit dibandingkan anak seusianya, cenderung hanya mau makan makanan tertentu, sangat tidak suka jenis makanan tertentu (umumnya sayuran) dan menolak untuk mencoba jenis makanan baru.
Picky eating ini merupakan masalah yang cukup umum pada balita. Secara global sekitar 25% anak mengalaminya. Sebuah studi di Belanda yang melibatkan 4.018 anak memperlihatkan picky eating terjadi pada 26,5% anak usia 18 bulan; 27,6% pada usia 3 tahun dan turun drastis menjadi 13,2% ketika menginjak usia 6 tahun. Dari hasil studi ini diduga picky eating cenderung bersifat sementara saja dan merupakan proses normal dalam tahap perkembangan anak. Studi juga menunjukkan bahwa Picky eating bukan gangguan/kelainan pola makan (seperti misalnya anoreksia dan bulimia), serta tidak secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan.
2. Susah makan yang bersifat patologis dan membutuhkan penanganan medis adalah yang disebabkan oleh penyakit tertentu (penurunan nafsu makannya biasa dapat disadari/dikenali dan berlangsung pada periode tertentu pula. Pada penyakit tertentu dapat berlangsung cukup lama jika tidak segera diketahui dan diterapi, misalnya pada TBC paru, anemia defisiensi besi, dll). Dapat juga dikarenakan adanya alergi/intoleransi terhadap jenis makanan tertentu, di mana rasa tidak nyaman yang ditimbulkan setiap mengonsumsi makanan tertentu, lama-kelamaan dapat menimbulkan rasa enggan pada anak terhadap makanan secara umum. Pastikan hal ini dengan berkonsultasi pada dokter.
3. Beberapa studi memperlihatkan adanya hubungan picky eating dengan faktor genetik maupun pola makan sang ibu saat hamil dan menyusui. Secara genetik terlihat pada pengamatan anak kembar dari telur yang sama cenderung memiliki pola makan yang lebih mirip. Penelitian lain memperlihatkan bahwa aroma/rasa makanan yang dikonsumsi seorang wanita ketika hamil dapat disalurkan melalui tali pusat kepada janin. Demikian pula dengan ASI. Karena itu meningkatkan variasi makanan di masa hamil dan menyusui ternyata dapat mempengaruhi secara positif akan pengenalan sang anak terhadap aroma dan rasa makanan di kemudian hari.
4. Faktor lingkungan juga memberikan cukup banyak pengaruh kepada pola makan anak balita. Anak cenderung akan mengikuti apa yang dilihatnya dari lingkungan. Cita rasa anak juga dibentuk sejak sangat dini. Orang tua yang tidak mencontohkan pola makan bervariasi, tentu sulit untuk mengharapkan anaknya dapat melakukannya.
5. Pada periode usia 1 – 5 tahun banyak anak memang mengalami penurunan/perubahan pola makan. Jika pada masa ini orang tua atau pengasuh tidak memahaminya, maka perlakuan negatif seperti memarahi, mengancam atau memaksa akan memperburuk situasi. Sebaliknya jika disikapi dengan benar mungkin akan memberikan motivasi yang membangun, sehingga periode tersebut dapat dipersingkat.
6. Perlu diingat bahwa suasana makan bersama yang hangat dan menyenangkan, akan membuat anak menyenangi saat-saat makannya.
7. Tetapkan waktu makan 20-30 menit saja. Walaupun menurut Anda si anak baru makan sedikit, tapi memperpanjang waktu tidak akan memberikan dampak positif. Anak akan merasa bosan dan tertekan. Dalam jangka panjang ini akan menjadi lebih buruk.
8. Satu atau dua kali anak Anda menolak jenis makanan tertentu, belum tentu mereka tidak akan pernah menyukainya. Para ahli menganjurkan untuk melakukannya 8 – 15 kali pemaparan, sebelum akhirnya anak Anda akan menerimanya.
9. Jangan memberikan predikat “anak susah makan”, “tukang pilih makanan” atau istilah-istilah lain yang tidak mendukung motivasi anak.
Jika Anda ragu apakah nutrisi anak Anda tercukupi atau tidak, pastikanlah dengan memeriksakan anak Anda secara berkala. Dokter akan memeriksa berat badan, tinggi badan, kecukupan mineral tertentu seperti zat besi, serta adanya gangguan lain yang mungkin mendasarinya. Anak tidak harus menjadi montok untuk dikategorikan sebagai anak yang sehat. Bisa saja selama ini ternyata orang tua yang salah menentukan standar.
Mantap info yg bagus bermanfaat