Kasus MIOPIA Meningkat Pada Anak Selama Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang panjang membuat beberapa isu kesehatan lain agak ‘terlupakan’. Salah satunya adalah MIOPIA atau yang lebih dikenal dengan MATA MINUS. Padahal bagi tenaga kesehatan yang berjuang di sekitar kasus MIOPIA, sangat memahami dan memkalianng MIOPIA juga sebagi sebuah pandemi yang tidak bisa dikesampingkan. Bagaimana bisa, MIOPIA telah menjadi masalah gangguan mata yang serius dan sulit dibendung, dilihat dari tingginya kasus MIOPIA selama pandemi Covid-19.
Akibatnya MIOPIA menjadi penyebab gangguan penglihatan permanen bahkan kebutaan yang paling umum di dunia. Adanya pandemi COVID-19, pemerintah mengeluarkan berbagai aturan, salah satunya adalah dilakukannya pembelajaran dan rapat secara daring/online. Di dalam pelaksanaannya, berlakunya sistem pembelajaran dan rapat secara daring ini memerlukan perangkat seperti smartphone, laptop, komputer, tablet, dan lain-lain untuk mengakses informasi kapanpun dan dimanapun.
Pentingnya Menjaga Kesahatan Mata untuk Menghindari MIOPIA
Berikut ini beberapa update yang mungkin belum kalian ketahui, yang sesungguhnya sangat penting untuk mengambil langkah yang diperlukan dalam mencegah terjadinya MIOPIA bagi kalian dan orang-orang tercinta. Sebenarnya menjaga kesehatan mata tidak perlu biaya yang mahal dan cara-cara rumit. kalian bisa lakukan dimana pun dan kapan pun.
Cara mudah yang bisa dilakukan dimulai dari sekarang dan saat ini:
- Konsumsi makanan bergizi
- Sering mengatur pencahayaan yang cukup di dalam ruangan
- Hindari lihat gadget terlalu lama
- Usahakan untuk berkedip 20:20
- Senam mata
- Tidur yang cukup
- Olahraga teratur
- Rutin periksa mata secara berkala
Update Kasus MIOPIA selama Pandemi Covid-19 di tahun 2020:
- Kasus MIOPIA terjadi pada 2,6 miliar penduduk dunia di tahun 2020. Ini hampir sejumlah penduduk 2 negara terpadat di dunia; RRC dan India. Angka ini sekitar 1/3 dari total penduduk dunia.
- European Society of Ophthalmology bersama dengan International Myopia Institute menyebutkan bahwa penduduk eropa diumur 25-29 tahun mengalami MIOPIA bahkan telah mencapai 45 – 50%. Bagaimana dengan penduduk Asia Timur dan Asia Pasifik yang disebut memiliki kecenderungan tertinggi untuk menjadi MIOPIA? Angka prevalensi MIOPIA kedua wilayah tersebut berturut-turut adalah 51,6% dan 53,4%. Artinya lebih banyak orang yang MIOPIA dibandingkan yang tidak.
- Sebagian peneliti percaya bahwa latar belakang etnis mempengaruhi kecenderungan menjadi MIOPIA. Dengan kata lain faktor genetik mempunyai peran penting. Namun belakangan teori ini seringkali dihadapkan dengan kondisi yang berlawanan. Sebuah studi di Australia memperlihatkan bahwa anak-anak etnis kaukasia memiliki kecenderungan yang sama dengan anak-anak dengan etnis Asia, ketika mereka hidup di wilayah geografis yang sama.
- Penelitian lain di Singapura yang mempelajari progresivitas MIOPIA selama 3 tahun memperlihatkan bahwa anak-anak berkebangsaan Finlandia justru cenderung lebih cepat meningkat dibanding dengan anak-anak setempat. Maka setidaknya dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kasus MIOPIA.
- Seringnya bermain atau melakukan aktivitas fisik tanpa gadget. Bermain di luar rumah mempunyai peranan besar memperlambat munculnya MIOPIA. Karena itu sangat penting untuk mengajak anak-anak kalian bermain di luar rumah. Tidak peduli apapun kegiatannya, olah raga atau bermain, atau sekedar menikmati suasana di luar rumah. Tidak perlu berlama-lama, asal secara rutin anak dapat bermain-main di luar rumah.
- Sejalan dengan hal di atas, sebuah studi terhadap 123.535 anak di Cina memperlihatkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan tingginya prevalensi dan tingginya kasus MIOPIA. Misalnya saja pada kelompok usia 6 tahun terjadi kasus MIOPIA sebesar 21,5% di tahun 2020. Bandingkan dengan prevalensi tertinggi selama periode 2015-2019 yang hanya sebesar 5,7%. Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas anak di luar rumah selama pandemi Covid-19. Di sisi lain terdapat kegiatan membaca dan aktivitas mata yang meningkat ketika di dalam rumah.
- Tanpa mengecilkan makna pentingnya STAY AT HOME atau dirumah aja, orang tua sebisa mungkin tetap memfasilitasi kegiatan anak di luar rumah dengan memperhatikan protokol kesehatan.
- Informasi tambahan dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa anak perempuan cenderung mengalami MIOPIA lebih dini. jadi hati-hati ya. Selain itu usia 6-8 tahun merupakan periode paling rentan terhadap MIOPIA. Sehingga dapat mengambil tindakan intensif bagi anak kalian di periode tersebut.
Mengalami mata minus bukan hanya sekedar masalah memakai kacamata atau lensa, tetapi bahwa individu tersebut telah mengalami kemunduran penglihatan yang kemungkinan besar tidak akan pulih kembali, bahkan terus akan mengalami perburukan dengan berbagi risiko terhadap kesehatan matanya. Sedapat mungkin, cegahlah sejak dini. Memberikan nutrisi yang baik seperti vitamin mata Eyevit yang baik untuk mendukung kesehatan mata dapat menjadi tambahan dalam daftar menu vitamin baik diri sendiri atau buah hati kalian.
Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan jangan lupa minum eyevit sebagai supelem kesehatan mata kita
Eyevit donk
Untung saja Anak saya sudah minum eye vit Syrup.
Saya selalu menjaga kesehatan saya dengan mengkonsumsi makanan bergizi serta tidak lupa mengkonsumsi eyevit.
Eyevit syrup Tablet